SUARA CIANJUR | BREBES — Jejak sejarah zaman purbakala memang tak pernah ada habisnya untuk digali. Terbaru ditemukannya fragmen atau pecahan tanduk kerbau purba (bubalus palaeokarabau) di aliran Sungai Gintung, Desa Galuh Timur, Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah (30/10).
Disampaikan Wildan (26), pelestari Situs Buton (Bumiayu-Tonjong), bahwa ada 3 buah fragmen tanduk kerbau purba yang ditemukan saat kegiatan napak tilas susur aliran Sungai Gintung yang dilakukan oleh para pecinta sejarah kepurbakalaan asal kota batik Pekalongan (Yayasan Lhaguira) sebagai bagian dari kegiatan edukasi sejarah memperingati HUT yayasan tersebut yang ke-3.
“Tiga pecahan tanduk kerbau purba itu ditemukan di dua titik di Sungai Gintung. Di titik pertama ditemukan fragmen sepanjang 15-20 cm lebar pangkal 20 cm, kemudian di titik kedua ditemukan sekaligus dua fragmen yang jika digabungkan kurang lebih sepanjang 30 cm lebar 30 cm,” bebernya putra pertama dari Rafli Rizal (56), pemilik Museum Mini Purbakala Bumiayu-Tonjong, Jalan Bumi Sariayu, Dukuh Krajan 1 RT. 04 RW. 01, Kalierang, Bumiayu. Selasa (1/11/2022).
Lebih lanjut disampaikan Wildan yang merupakan alumni UPN fakultas Geologi itu, 3 pecahan fosil itu ditemukan oleh Romy (47) salah satu pelestari sejarah dari Kampoeng Purba Dukuh Tengah, Desa Tonjong, dan saat ini fosil disimpan di rumahnya bersama fosil-fosil purba yang lain.
Hal ini juga dibenarkan Ketua Pokdarwis Kampoeng Poerba Galuh Timur, Serka Ali Mahfur (Babinsa Koramil 09 Tonjong Kodim 0713 Brebes), dengan alas an factor keamanan sambil menunggu sempurnanya Museum Situs Buton yang dibangun di Dukuh Kalipucung RT. 02 RW. 05, Galuh Timur.
“Sama seperti penemuan-penemuan fosil sebelumnya yang tidak utuh, penemuan tanduk kerbau purba ini juga merupakan fragmen flooding atau material flooding, yaitu material lepas dan berpindah tempat karena disebabkan oleh arus air,” sambungnya.
Berdasarkan jenis bebatuan yang menempel di rongga tanduk, bahwa kerbau purba itu diperkirakannya berusia 1,5 juta tahun yang lalu.
Hal itu disejajarkan dengan penemuan jenis yang sama sebelumnya yang juga di Kaligintung Galuh Timur, yakni berdasarkan referensi dari Rastowo dan M. Suwarna, para peneliti dari Museum Geologi Bandung yang dikaji di Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi pada tahun 1996 lalu.
“Ini hanyalah perkiraan awal saja, berdasarkan penemuan fosil kerbau purba sebelumnya di Kaligintung. Untuk keakuratan umur fosil pastinya perlu penelitian lebih lanjut,” tegasnya.
Terlepas dari fragmen kerbau purba tersebut, di Museum Mini Purbakala Bumiayu-Tonjong yang dikelola ayah dan dirinya itu saat ini menyimpan ribuan fragmen dimana baru berhasil teridentifikasi sekitar 2000 fragmen. Dimana untuk master pierce nya adalah fragmen manusia purba homo erectus arkaik (fosil tulang paha, akar gigi, dan rahang) yang diperkirakan berusia 1,8 juta tahun atau lebih tua 300 ribu tahun dari homo erectus yang ditemukan di Sangiran, Jawa Tengah.
Selanjutnya ada juga artefak (alat manusia purba), gajah purba sinomastodon bumiajuensis (50%), gajah stegodon (gigi), elephas (kepala dan gigi), kuda air (rahang dan gigi), badak (harang dan gigi), buaya muara/crocodylus porosus (rahang dan kulit, buaya sungai (rahang dan gigi), kerbau (kepala dan tanduk), banteng (kepala dan tanduk), santeng/kerbau kerdil sejenis antelop (kepala dan tanduk).
Kemudian di museum juga tersimpan fosil tempurung kura-kura purba raksasa (stupendemys geographicus), harimau (tulang paha kanan), canis/anjing hutan (gigi).
“Untuk fosil hewan-hewan laut yang ada diantaranya adalah terumbu karang gastropoda dan pelecypoda, serta ekor ikan pari. Selain itu semua juga ada fosil daun dan kayu purba,” tandasnya.
Selain zaman prasejarah, di museumnya itu juga menyimpan peninggalan zaman sejarah, yaitu zaman megalitikum dengan penemuan 2 buah lumpang di Dukuh Pungkuran Desa Kalierang dan 1 lumpang di Desa Jatisawit. Yang kedua adalah zaman neolitikum dengan penemuan berupa kapak persegi di Desa Kalinusu. Ketiga adalah zaman kebudayaan Hindu dengan penemuan berupa 1 lingg (Roni).