Suaracianjur.com | Jawa Timur - Lumajang, Data Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Lumajang hingga Jumat (9/12) malam mencatat, masih ada 312 warga di 6 titik pengungsian imbas erupsi Semeru pada 4 Desember. Terbanyak di Balai Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Lumajang.
Meski status aktivitas Gunung Semeru telah diturunkan dari Awas (Level IV) menjadi Siaga (Level III) pada Jumat siang pukul 12.00 WIB, mereka tetap bertahan di pengungsian. Para pengungsi ini adalah mereka yang merupakan penduduk di zona merah erupsi. Minggu, (9/7/2023).
Salah satu pengungsi warga Desa Sumber Wuluh bernama Mistar mengaku tidak berani pulang ke rumahnya. Terutama karena rumahnya dilewati aliran lahar dingin Semeru yang bisa sewaktu-waktu bisa terjadi, apalagi bila diguyur hujan deras.
"Kalau begini terus nggak berani pulang, takut nanti malam hujan besar ada lava lagi. Saya sudah 6 hari di sini mulai Senin (4/12)," katanya ketika ditemui detikJatim di pengungsian Balai Desa Penanggal, Candipuro.
Seperti Mistar, sebagian besar pengungsi yang masih bertahan di 6 titik pengungsian berasal dari daerah paling parah terkena imbas erupsi Semeru. Baik dari Desa Sumber Wuluh maupun Desa Supit Urang.
Petugas Pusdalops BPBD Lumajang Ayon ketika dihubungi detikJatim pada Sabtu (10/12/2022) sore membenarkan itu. Bahwa sebagian besar pengungsi yang masih bertahan di pengungsian adalah warga yang tinggal di kawasan zona merah erupsi Semeru.
"Iya, dari zona merah. Dari Dusun Kajar Kuning (Desa Sumber Wuluh), ada juga yang terdata sebagai warga dari Desa Supit Urang," ujarnya.
Dusun Kajar Kuning adalah sebuah Dusun di Desa Sumber Wuluh, Kecamatan Candipuro yang menjadi lokasi paling parah terdampak erupsi Semeru pada 4 Desember 2022.
Sedangkan Desa Supit Urang merupakan lokasi terdekat dengan aliran lahar dingin Semeru. Sejumlah dusun paling terdampak di desa itu adalah Curah Kobokan, Gumukmas, dan Sumbersari.
Bupati Lumajang Thoriqul Haq memastikan bahwa masa tanggap darurat masih berlangsung hingga 17 Desember mendatang. Meski demikian pihaknya sudah mulai mengelola pengungsian mengizinkan warga pulang ke rumah masing-masing secara bertahap.
"Pengelolaan pengungsian dilakukan. Tahapannya untuk mulai kembali ke tempat tinggal masing masing. Terutama warga yang sudah mendapat hunian tetap di lahan relokasi Sumber Mujur (Kecamatan Candipuro). Kami akan arahkan kepada mereka kembali ke rumah masing-masing," ujarnya.
Meski tidak menyatakannya secara langsung, bupati yang akrab disapa Cak Thoriq itu seolah mengakui bahwa masih banyak warga yang tinggal di zona merah erupsi Semeru belum terfasilitasi hunian tetap di lahan relokasi. Karena itu mereka memilih tetap bertahan di pengungsian.
Bupati Lumajang Thoriqul Haq berjanji pendataan warga yang belum mendapatkan hunian tetap itu akan dilakukan dengan segera. Target penuntasan validasi dan verifikasi data itu pekan depan.
"Bagi yang masih belum mendapatkan hunian relokasi, kami akan segera memasukkan dengan tenggang waktu maksimal hari Selasa (13/11/2022). Kami bisa melakukan penambahan hingga 200 kk, sisa dari 1.200 (kk) yang sudah masuk," ujarnya.
Validasi dan verifikasi data itu menurut Cak Thoriq pada Jumat itu sudah mulai dilakukan. Proses validasi dan verifikasi itu dilakukan dengan melibatkan Ketua RT, Ketua RW, Kades, dan juga Camat.
Tidak hanya soal belum mendapatkan hunian tetap. Warga yang masih bertahan di pengungsian bisa jadi berat meninggalkan rumah mereka yang berada di zona merah karena ladang penghidupan mereka masih berada di kawasan tersebut.
Seperti disampaikan Kepala Pelaksana BPBD Jatim Gatot Soebroto. Ia menjelaskan bahwa para pengungsi itu saat siang hari tidak berada di pengungsian. Mereka lebih banyak berada di tempat usaha masing-masing, baik di ladang, sawah, maupun usaha lainnya.
Tetapi pada saat sore mereka baru berkumpul atau kembali ke pengungsian. Ada juga pengungsi yang masih beraktivitas di wilayah zona merah. Seperti dijelaskan oleh Bupati Lumajang beberapa waktu lalu, memang masih ada pengungsi itu yang beraktivitas di zona merah," katanya.
Tidak ada paksaan meski para pengungsi itu sudah mendapatkan hunian tetap atau sementara tapi tetap bertahan di pengungsian demi menjaga aset mereka di rumah yang atau tanah yang ada di zona merah.
Gatot menegaskan, selama masih ada pengungsi di tempat pengungsian Pemprov Jatim melalui BPBD dan dinas-dinas terkait akan tetap memenuhi kebutuhan dasar mereka.
"Bagi warga yang masih tinggal di pengungsian, pastinya kami masih membuka dapur umum dan mengecek selalu kesiapan logistik di Jatim. Pokoknya, pesannya Ibu Gubernur, jangan sampai mereka kekurangan. Jadi kebutuhan dasarnya harus dicukupi," ujar Gatot.
(Red)
Sumber: detikjatim