SUARA CIANJUR | CIANJUR - Malang nian nasib MRS Bocah 8 tahun yang setiap ingin buang air besar harus meminta bantuan orang tuanya untuk memasangkan alat.
Bocah kelas satu Sekolah Dasar warga Kampung Jangari, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Jawa Barat ini diduga telah lama menderita penyakit Hischsprung.
Penyakit Hirschsprung (HSCR), biasa disebut juga dengan hisprung atau yang dikenal sebagai megakolon kongenital merupakan penyakit bawaan lahir saluran cerna.
Kondisi ini ditandai dengan tidak adanya sel saraf pada saluran cerna sehingga menyebabkan gejala sumbatan usus.
Menurut keterangan ayah MRS, Endang mengungkapkan bahwa anaknya memiliki kelainan tersebut baru diketahui sejak usia 3 bulan.
Endang juga mengungkapkan jika anaknya tersebut pernah mendapatkan bantuan pengobatan melalui Kang Dedi Mulyadi saat kang Dedi masih menjabat sebagai Bupati Purwakarta.
” dulu pernah pendapatkan bantuan pengobatan dari Pak Dedi Mulyadi, dari usia anak saya tiga bulan sampai 9 bulan. Namun karena saya merasa tidak enak akhirnya saya memutuskan berobat sendiri,” katanya. Selasa, (3/10/2023).
Tapi, sambung Endang, saat ini saya kewalahan untuk membiayai pengobatan anak saya. Maka dari itu saya berharap adanya bantuan dari para donatur/Dermawan untuk biaya Oprasi anak saya ini,” sambungnya.
Endang menyebutkan bahwa dirinya juga memiliki BPJS bahkan saat ini ada salah satu anggota Dewan yang akan membantu pengobatan anaknya tersebut.
Kendati akan ada bantuan dari anggota dewan dirinya masih kebingungan untuk biaya sehari hari.
Dikatakannya bahwa merujuk pada pengalaman banyak biaya juga yang keluar meski saat itu berobat menggunakan BPJS.
” saya hanya seorang buruh keramba jaring apung dan parkir motor. Namun hasil dari kerja saya hanya cukup untuk biaya sehari hari, ditambah lagi jika alat dan bahan anak saya untuk buang air besar bisa mencapai jutaan dalam satu bulan itu,” ungkapnya.
Endang mengutarakan jika dirinya saat ini tengah mencari dana bantuan untuk sekedar menunggu anaknya ketika berobat.
” saya masih bingung untuk biaya sehari hari dan untuk biaya menunggu anak saya dirawat. Apalagi ketika berobat jika stok obat habis di Rumah sakit seperti yang sudah sudah saya suka dianjurkan membeli diluar dan harga obatnya itu mahal sekali,” ujarnya.
Endang berharap ada bantuan dari para donatur untuk anak saya.
” bukannya saya tidak mau berusaha untuk mencari uang. Namun pendapatan saya hanya seadanya saja dan untuk anggota Dewan yang bersedia membantu saya ucapkan terimakasih banyak dan bila mana saya sudah mempunyai uang pegangan untuk sehari hari saya akan langsung menghubungi Anggota dewan tersebut untuk selanjutnya membawa anak saya ke rumah sakit,” harap Endang.
(Usol)