SUARA CIANJUR | MOJOKERTO - Ratusan pesilat PSHT berunjuk rasa di depan Mapolres Mojokerto. Kasus penyerangan terhadap warga PSHT menjadi latar belakang demo ini. Namun, massa bergerak karena tersebarnya informasi bohong alias hoaks.
Ketua Cabang PSHT Mojokerto Raya Hari Sucipto mengatakan, kasus penyerangan itu terjadi di balai Desa Windurejo, Kecamatan Kutorejo pekan lalu. Ketika itu, 3 pendekar PSHT yang sedang bersantai setelah melatih, didatangi gerombolan orang.
"Tahu-tahu datang gerombolan sekitar 20 orang pakai sekitar 10-12 sepeda motor. Gerombolan itu masuk ke balai desa. Masih diselidiki polisi identitas gerombolan tersebut," kata Hari kepada Media, Sabtu (28/10/2023).
Tiga pendekar PSHT, kata Hari, lari dari balai Desa Windurejo untuk menghindari bentrokan fisik dengan gerombolan tak dikenal itu. Namun, 2 sepeda motor mereka yang tertinggal di balai desa dirusak. Satu tas bendahara sub rayon PSHT Windurejo yang tertinggal juga dibawa kabur massa tak dikenal.
"Tas itu isinya uang sub rayon, baju sakral dan gambar-gambar jurus pencak silat. Sempat dikejar ke arah Mojosari, hilang. Kemudian dilaporkan ke Polsek Kutorejo," terangnya.
Hari menjelaskan bahwa kasus penyerangan terhadap pendekar PSHT itu ditangani dengan maksimal oleh Polres Mojokerto maupun Polsek Kutorejo. Menurutnya, polisi sudah menerjunkan Tim Buser untuk menyelidiki gerombolan tersebut.
Bahkan, rekaman CCTV di sepanjang jalan yang dilalui gerombolan itu juga diperiksa polisi. Hanya saja rekaman sejumlah kamera pengawas kurang jelas. Sehingga para pelaku penyerangan pendekar PSHT belum berhasil diidentifikasi.
"Kemarin (sebelum terjadi unjuk rasa) kami diundang Kapolres Mojokerto bersama ketua ranting dan pengurus cabang. Dijelaskan bahwa kasus ini menjadi atensi Kapolres dan akan diselesaikan," jelasnya.
Oleh sebab itu, Hari menegaskan tidak ada satu pun instruksi dari pengurus PSHT untuk berujuk rasa di depan Mako Polres Mojokerto. Menurutnya, demonstrasi pada Jumat (27/10) malam itu dipicu beredarnya informasi bohong melalui WhatsApp.
"Muncul pesan hoaks yang intinya Polres Mojokerto belum menanggapi masalah itu. Kami tidak tahu sumbernya. Itu yang memicu aksi kemarin. Sebelum ada aksi, kami sudah melarang, kami memberi imbauan melalui ketua-ketua ranting. Juga saya telepon ketua cabang di luar Mojokerto," katanya.
Beredarnya informasi hoas itu memicu ratusan pesilat PSHT berkumpul di depan Mapolres Mojokerto, Jalan Gajah Mada, Mojosari kemarin malam. Selain dari Mojokerto, massa juga datang dari Sidoarjo dan Pasuruan.
"Mereka minta kejelasan penyelidikan dari Polres Mojokerto. Akan tetapi Polres sudah menyelidiki dengan maksimal. Sampai CCTV sepanjang jalan itu diperiksa. Cuman CCTV tidak jelas. Polres juga mengerahkan tim buser. Akhirnya massa saya suruh pulang," ujar Hari.
Hari mengimbau seluruh warga PSHT menyerahkan penanganan kasus penyerangan di Desa Windurejo kepada Polres Mojokerto. Ia juga mewanti-wanti warganya agar tidak menyakiti orang lain.
"Dalam ajaran PSHT, menyakiti hati orang lain saja tidak boleh apalagi menyakiti fisik orang lain. Kami imbau setiap masalah kita koordinasikan dengan baik kepada pihak berwenang. Jangan disikapi masing-masing agar kita tidak dicap suka membuat onar," tegasnya.
Kasat Reskrim Polres Mojokerto AKP Imam Mujali menegaskan pihaknya terus menyelidiki kasus penyerangan pendekar PSHT di balai Desa Windurejo. Sejauh ini sudah 7 saksi yang diperiksa. Menurutnya, identifikasi pelaku terkendala minimnya petunjuk.
"Masih proses penyelidikan, belum ada petunjuk sama sekali, karena saksi korban tidak tahu siapa pelaku," tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, ratusan pesilat PSHT berunjuk rasa di depan Mapolres Mojokerto. Saat massa membubarkan diri kericuhan terjadi hingga menyebabkan 2 orang terluka. Kericuhan yang merembet ke warung kopi (warkop) itu diduga karena salah paham saat ada warga yang bermaksud menyapa massa.
Korban keributan itu salah satunya Tri Laksana (26), penjaga outlet perusahaan ekspedisi di Jalan Gajah Mada, Desa Menanggal, Kecamatan Mojosari. Dia sebutkan bahwa setelah aksi unjuk rasa di depan Mapolres Mojokerto, massa PSHT itu melakukan konvoi ke arah timur.
Saat konvoi pesilat PSHT melintas Tri keluar dari tempat kerjanya ke tepi Jalan Gajah Mada sekitar pukul 23.00 WIB. Ia mengaku sebatas ingin menyapa massa. Namun, massa salah paham dan justru mengejar Tri.
Spontan Tri kabur ke Bengkel Coffee sekitar 20 meter dari tempat kerjanya. Sehingga, warga PSHT yang mengejarnya juga menyerang warung kopi (warkop) itu. Menurutnya, saat itu ada lebih dari 5 orang yang sedang nongkrong, serta ada 2 penjaga warkop.
(Ark)
Sumber: detikjatim