SUARA CIANJUR | CIANJUR - Salah seorang Kepala Sekolah Dasar di Cianjur tersentak kaget ketika ditagih pertanggung jawaban dana PIP Pokir oleh orang tua murid.
Kepala Sekolah berinisial (KS) ketika ditanya serta dimintai pertanggung jawaban PIP Pokir jelas kaget, pasalnya selama menjabat Kepala Sekolah tidak pernah mengajukan PIP Pokok- pokok pikiran dari salah satu anggota dewan.
Keheranan KS semakin bertambah ketika tahu PIP Pokir tersebut diduga datang dari anggota dewan RI diluar dapilnya dan beda provinsi, ia pun bingung darimana si pengaju mendapatkan data dapodik.
Hal tersebut disampaikan KS sa'at awak media sengaja datang ke tempat kediaman nya.
"Saya jelas heran Pa, darimana mereka mendapatkan data dapodik, padahal kami tidak pernah mengajukan PIP Pokir," ujarnya sambil terheran- heran. Rabu, (27/12/2023).
"Yang saya takutkan para orang tua siswa berbondong datang ke sekolah, meminta pertanggung jawaban serta menagih uang PIP Pokir," imbuhnya.
Ia pun kembali menuturkan; "Sekarang kan semua masyarakat bisa mengakses dan melihat anak nya terdata apa tidak mendapatkan bantuan PIP, sedangkan masyarakat tidak akan faham mana PIP Pokir mana PIP Reguler, dimata mereka semua sama," tuturnya khawatir.
Kemudian awak media bertanya, berapa anak didik yang tertera di data sebagai penerima bantuan PIP Pokir.
"Ketika saya cek didata itu untuk 2 semester untuk pencairan bulan 5 dan bulan 10 ditahun 2023, keseluruhan jumlahnya 47 orang anak didik di sekolah kami ini," jawabnya.
"Yang saya khawatirkan ya itu tadi orang tua siswa datang ke sekolah meminta untuk di aktivasi PIP anaknya, sedangkan kami tidak tahu apa- apa, siapa pengusulnya," tambah KS.
Lanjut KS; "Bahkan ada orang tua murid yang berkata dengan nada sindiran kepada saya' saya faham Pa KS, kembae duitnamah asal tabungan na we kadieukeun, saya faham Pa KS biarlah uang nya asal tabungan nya ke saya kan," ujar KS menirukan ucapan orang tua murid dengan bahasa Sunda.
"Saya harap kejadian serupa tidak menimpa sekolah- sekolah lain di Kabupaten Cianjur, karena ini menyangkut uang dan sangat sensitif, selain itu juga menyangkut nama baik sekolah dan orang- orang yang ada didalamnya." Pungkas KS.
(Arkam)