SUARA CIANJUR | SUKARESMI - Sepanjang jalan benying sukaresmi dipenuhi tumpukan sampah, selain merusak estetika tumpukan sampah bisa menimbulkan bau yang tidak sedap serta berpotensi menimbulkan bermacam penyakit, apalagi di musim penghujan.
Penumpukan sampah setiap harinya semakin bertambah sehingga sangat mengganggu kenyamanan pengguna, apalagi di hari- hari tertentu kawasan tersebut sering digunakan masyarakat untuk berjoging.
Hasil penelusuran awak media tak jarang tumpukan sampah memenuhi saluran drainase air, sehingga ketika turun hujan dengan intensitas tinggi air meluap ke jalan.
Jalan benying merupakan jalan penghubung Kecamatan Pacet dengan Kecamatan Sukaresmi, adapun tempat penumpukan sampah tersebut sebagian masuk wilayah Desa Pakuon Kecamatan Sukaresmi sebagian lagi masuk wilayah Desa Cibodas Kecamatan Pacet.
Dihubungi melalui sambungan aplikasi perpesanan WhatsApp, Kepala Desa Pakuon, H. Abdullah yang biasa dipanggil Babah, menuturkan
"Memang benar adanya, disekitar jalan benying ada beberapa titik menjadi tempat penumpukan sampah," tuturnya. Selasa, (2/1/2024).
"Kami dari Pemerintahan Desa seringkali menghimbau warga untuk tidak membuang sampah dilokasi itu, kami pun sering mengangkut tumpukan sampah hingga berulang- ulang, namun besoknya tumpukan sampah kembali lagi ada seakan ngak ada habisnya," jelas Babah.
"Jalan benying tersebut berbatasan antara 2 desa, desa pakuon dan desa cibodas," imbuhnya.
Lanjut Babah; "Dan sampai saat ini sampah tersebut semangkin lama semangkin menumpuk serta menutupi saluran drainasr air dari atas, seharusnya saluran air jangan sampai tertutup, sebab akan mengakibatkan terjadinya pengikisan air yang akan menghancurkan jalan dan menyebabkan longsor," jelasnya.
Ia pun menegaskan' Tumpukan-tumpukan sampah tersebut bukan berasal dari warga desa Pakuon, karena lokasi jalan Benying tersebut jauh dari jangkauan masyarakat desa Pakuon.
"Yang membuang sampah dilokasi itu oknum masyarakat yang lewat ke daerah tersebut," sambungnya.
Lebih lanjut Babah menguraikan; "Material sampah yang dibuang didaerah itu 70% sampah rumah tangga, sisa makanan, ada juga sampah dari lapak penjual sayuran," urainya.
"Yang pasti ini semua terjadi akibat kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan sehingga membuang sampah bukan pada tempatnya," beber Babah.
"Sejujurnya kami dari pihak desa bingung bagaimana cara menemukan solusinya, selain itu kita sedang berupaya bagaimana masyarakat peduli dengan lingkungan sehingga muncul kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan," harapnya.
"Apalagi sekarang sudah mulai memasuki musim penghujan takut nya muncul bermacam bibit penyakit, selain itu karena sistem drainase terganggu oleh penumpukan sampah akhirnya terjadi erosi hingga berpotensi mengakibatkan longsor," ucapnya terdengar khawatir.
(Indrayama)