SUARA CIANJUR | CIPANAS - Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu dari lima Taman Nasional tertua di Indonesia memiliki luas kawasan 24.278,84 hektar secara administratif kawasannya berada di tiga wilayah kabupaten yaitu Cianjur, Sukabumi dan Bogor. Jum'at, (5/1/2024)
TNGGP merupakan kawasan yang memiliki potensi sumber daya air dan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, ditutupi oleh atasi hutan-hutan pegunungan tropis yang relatif masih utuh dan berperan dalam hal pengendalian dan pelestarian bahan air melalui infiltrasi serta perkolasi yang memperbesar aliran air di bawah tanah.
Fungsi ini sangat penting mengingat dari hutan TNGGP mengalir tidak kurang dari 60 sungai, dan anak sungai yang menuju Bogor, Cianjur dan Sukabumi serta Jakarta, Bekasi dan Tangerang yang merupakan wilayah padat penduduk dan daerah industri strategis.
TNGGP memiliki potensi flora maupun fauna yang beragam diantaranya 3 satwa prioritas (flagship species) yaitu macan Tutul Jawa, Owa Jawa dan Elang jawa keberadaan elang jawa sendiri tidak asing mengingat sejarah penemuan satwa yang identik dengan Burung Garuda itu sendiri berada di TNGGP.
Khususnya di wilayah Pasir Datar dan yang mengidentifikasi pertama kali adalah Tuan M.E.G.Bartels seorang ornitolog berkebangsaan Jerman di mana pada saat pembangunan dalam acara pelepasan satwa ini keluarga besar dari Tuan Bartels bisa ikut hadir.
Lokasi release saat ini merupakan salah satu Resort Pengelolaan Taman Nasional di TNGGP, yaitu Resort PTN Cimungkad, ditetapkan sebagai monitoring Elang Jawa berdasarkan SK nomor. 126/lV-11/BT-5/2015. Berdasarkan SK tersebut, monitoring populasi Elang Jawa di Bidang PTN Sukabumi di fokuskan di Resort Cimungkad dengan metode concentration count dan protection.
"Keberadaan Elang Jawa di TNGGP cukup terjaga, di site monitoring sendiri terdapat 8 individu Elang Jawa," ujar Sapto Aji Prabowo S. Hut. M.Si. Kepala Balai Besar TNGGP Jum'at, (5/1/2024).
"Hal ini membuktikan bawa hutan gunung gede pangrango cukup terjaga hingga elang jawa dapat hidup berkembang biak dengan baik," sambung Sapto Aji.
Ia pun menjelaskan, Berdasarkan sejarah yang kuat terbentuklah inisiatif pembangunan pusat pendidikan konservasi Elang Jawa (PPKEJ) di resort PTN Cimungkad pada tahun 2020.
"Selain museum dan visitor center terdapat juga kandang rehabilitasi untuk satwa Elang khususnya, dan Kalina merupakan penghuni pertama yang akan dilepasliarkan hari ini," jelas Sapto Aji.
Lanjutnya; "Sedikit bercerita tentang satwa yang akan dilepasliarkan kali ini tepatnya 14 Maret 2022. PPKEJ Cimungkad BBTNGGP mendapat penyerahan Elang Jawa bernama Kalina jenis kelamin betina usia dewasa dari BBKSDA Jawa Barat untuk dilakukan proses rehabilitasi," ucapnya.
Lebih lanjut Sapto Aji menjelaskan; "Rehabilitasi dilakukan selama lebih kurang 21 bulan dengan menggunakan tenaga keeper internal Taman Nasional bekerja sama dengan pusat penyelamatan satwa elang jawa (PPSEJ) Loji-Taman Nasional Gunung Halimun Salak(TNGHS)," bebernya.
"Hingga akhirnya tim kesehatan bersama PPSEj-Loji - (TNGJD) tanggal 14-15 Desember 2023 melaksanakan pemeriksaan kesehatan, penilaian perilaku dan survei lokasi release dengan hasil" sudah siap release," tambah Aji Sapto.
Foto: Dok. SC. Sapto Aji Prabowo, S. Hut. M. Si. Kepala Balai Besar (TNGGP) Taman Nasional Gunung Gede Pangrango |
Ia pun menguraikan, Butuh proses yang cukup panjang hingga akhirnya Kalina dinyatakan dapat dilepas biarkan kembali ke habitat aslinya.
"Harapan kami semoga tidak ada Kalina-Kalina lainnya yang harus menghuni kandang rehabilitasi baik di tempat ini maupun di tempat lain," harap Aji Sapto.
"Tempat mereka bukan di kandang tapi di alam bebas, bukan sebuah perjuangan yang mudah bagi rekan-rekan pengelola di Resort Cimungkad untuk dapat meliarkan kembali Kalina," tandasnya.
Terakhir Sapto Aji berharap Populasi Elang Jawa dapat berkembang.
"Semoga kali ini dapat berkembang biak dan menambah jumlah populasi Elang Jawa tidak hanya di TNGGP tapi di Pulau Jawa. Sehingga keberadaan elang jawa tetap terjaga kelestariannya." Pungkasnya.
(Indrayama)