SUARA CIANJUR | JAKARTA - Gangster bisa "menguasai" satu negara. Ini setidaknya terjadi di Haiti di mana Jimmy 'Barbeque' Cherizier menjadi bosnya.
Kekerasan yang dilakukan gangster ke ibu kota Port-au-Prince berhasil mengalahkan pemerintahan resmi. Bahkan membuat Perdana Menteri (PM) Ariel Henry mundur. Rabu, (20/3/2024).
Lalu siapa dia?
Jimmy 'Barbeque' Cherizier adalah ketua aliansi geng terkuat di Haiti, G9. Jimmy merupakan mantan petugas Kepolisian Nasional Haiti.
Sebagai seorang petugas polisi, ia dituduh oleh PBB berperan dalam berbagai pembantaian, termasuk pembunuhan lebih dari 70 orang pada tahun 2018. Ketika itu, lebih dari 400 rumah di lingkungan La Saline di ibu kota dibakar.
Akibat laporan ini, Cherizier menjadi satu dari lima pemimpin geng yang terkena sanksi PBB dan Amerika Serikat (AS). Dampak dari sanksi ini masih belum jelas.
Cherizier, yang berasal dari daerah Delmas di Port-au-Prince, kemudian mengumumkan pembentukan aliansi geng pada tahun 2020. Dipimpin olehnya, kelompok itu menyatukan sembilan geng wilayah ibu kota, yang disebut Keluarga G9 dan Sekutu.
Pada tahun 2021, presiden Haiti saat itu, Jovenel Moise, tewas dalam sebuah serangan. Cherizier menyerukan protes dan menuduh para pemimpin oposisi dan polisi mendalangi pembunuhannya.
Setelah pembunuhan Moise, situasi keamanan di Haiti semakin memburuk. Cherizier setelahnya membawa aliansi G9 menjadi terkenal di dunia setelah menguasai pelabuhan bahan bakar utama Haiti, yang akhirnya menyandera negara itu karena pentingnya situs tersebut untuk kebutuhan energi nasional.
G9 VS G-Pep
Sebenarnya G9 bukan geng utama di Haiti. Ada pula aliansi lain yang dikenal sebagai G-Pep, yang menurut para analis bagian dari kejahatan terorganisir yang memiliki hubungan dengan partai-partai oposisi Haiti.
Meskipun ada laporan tentang gencatan senjata G9 dan G-Pep pada bulan Juli lalu, pertempuran terus berlanjut antara keduanya tanpa ada ketegasan dari negara. Kondisi ini pun memaksa ratusan ribu orang meninggalkan rumah mereka.
PBB melaporkan bahwa pembunuhan tanpa pandang bulu dilakukan oleh anggota geng. Ini pun termasuk pelanggaran lain seperti pemerkosaan, penyiksaan, penculikan massal dan pembakaran dengan tebusan.
Perang wilayah antara keduanya sendiri telah meluas dari ibu kota ke wilayah Artibonite yang merupakan sumber pangan Haiti. Hal ini pun memberikan tekanan pada pasokan makanan negara Karibia itu.
Analis telah memperingatkan bahwa geng-geng di Haiti semakin mandiri secara ekonomi. Sehingga memungkinkan mereka untuk mengumpulkan senjata api dalam jumlah besar dari Amerika Serikat (AS).
Mereka juga menjalankan beberapa infrastruktur. Mulai dari sekolah, klinik dan pos pemeriksaan.
Geng-geng kini diperkirakan menguasai sebagian besar ibu kota. Saat operasi penggulingan pemerintahan, PM Henry sedang dalam perjalanan dinas ke Kenya untuk menandatangani kesepakatan pengiriman pasukan PBB ke Haiti untuk mengembalikan kembali ketertiban.
Meski begitu, PBB belum mempublikasikan rincian mengenai skala pasukan, pendanaan atau kemungkinan tanggal penempatannya. Pasukan itu sendiri didanai AS dan Kanada.
(Red)
Sumber: CNBC