Foto: Dok. AFP. Para perempuan berjalan di sepanjang jalan yang rusak parah di Khan Yunis pada 7 April 2024 setelah Israel menarik pasukan daratnya keluar dari Jalur Gaza selatan, enam bulan setelah perang dahsyat yang dipicu oleh serangan 7 Oktober. - Israel menarik seluruh pasukannya keluar dari Gaza selatan pada 7 April, termasuk dari kota Khan Yunis, kata militer dan media Israel, setelah berbulan-bulan pertempuran sengit dengan militan Hamas menyebabkan wilayah tersebut hancur. (Photo by AFP) |
SUARA CIANJUR | KAIRO – Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1445 H, kelompok perlawanan Palestina Hamas bersama Kepala Intelijen Mesir Abbas Kamel menggelar negosiasi perjanjian gencatan senjata Jalur Gaza di Kairo, pada Minggu (7/4/2024).
Selain dihadiri pimpinan Mesir, lembaga penyiaran swasta Al-Qahera News mengungkap bahwa perundingan gencatan senjata kali ini juga turut diikuti oleh Direktur badan intelijen Amerika Serikat CIA, William Burns, serta kepala Mossad Israel David Barnea.
Dikutip dari tribunnews. Sama seperti negosiasi sebelumnya, perundingan putaran ini sengaja di gelar untuk menyatukan pandangan berbagai pihak guna mencapai kemajuan yang besar dalam merealisasikan gencatan senjata sementara hingga pembebasan sandera atau tawanan selama Hari Raya Idul Fitri.
"Tujuan utamanya saat ini, adalah mencapai gencatan senjata selama enam pekan," kata sumber politik Palestina.
Negosiasi gencatan senjata Gaza ini bukan pertama kali yang digelar Israel dan Palestina.
Keduanya diketahui telah melangsungkan beberapa kali negosiasi dengan bantuan perantara Mesir dan Qatar, akan tetapi pembicaraan berakhir buntu.
Hingga akhirnya pejabat pemerintah AS mengatakan bahwa Presiden Joe Biden baru-baru mengirim dua surat khusus kepada Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan Emir Qatar Tamim bin Hamad Al-Thani terkait dengan percepatan negosiasi gencatan senjata di Gaza.
Belum ada komentar langsung dari Kairo atau Doha terkait hasil dari negosiasi tersebut.
Namun melansir dari Arab News, semua pihak menunjukkan fleksibilitas terkait kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan sementara selama beberapa hari pada Idul Fitri.
“Semua pihak menunjukkan fleksibilitas dalam kemungkinan menyelesaikan perjanjian parsial dengan gencatan senjata kemanusiaan sementara selama beberapa hari pada Idul Fitri, di luar kerangka perundingan perjanjian utama,” kata sumber Mesir.
Apabila gencatan senjata benar-benar direalisasikan, maka ini akan menjadi yang kedua kalinya terjadi di Gaza.
Sebagai informasi, gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas terakhir kali disepakati pada akhir November tahun lalu.
Kendati gencatan senjata hanya disepakati selama lima hari, namun ratusan tawanan perang bisa kembali bebas. Dengan rincian Hamas membebaskan 78 sandera, sementara Israel melepas 180 tahanan asal Palestina.
(Red)