Puisi terakhir si "Burung Merak" tentang Hakekat Kehidupan

suaracianjur.com
Juli 04, 2024 | 10:57 WIB Last Updated 2024-07-04T04:03:10Z
Foto: Dok. (Net) W.S. Rendra

SUARA CIANJUR | CIANJUR - W.S. Rendra, bernama asli Willibrodus Surendra Broto, lahir di Solo pada tanggal 7 November 1935 dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. 

Ayahnya adalah seorang guru bahasa Indonesia dan bahasa Jawa di sekolah Katolik, Solo, di samping sebagai dramawan tradisional. Ibunya adalah penari serimpi di Keraton Surakarta. Masa kecil hingga remaja Rendra berada di kota kelahirannya. Kamis, (4/7/2024).

Penyair dan budayawan yang diberi julukan si “Burung Merak” ini menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Mitra Keluarga Depok, Kamis (6/8) pukul 22.20 WIB pada usia 74 tahun. Ribuan pelayat menghadiri proses pemakaman dramawan WS Rendra di kompleks pemakaman keluarga di kawasan Cipayung Jaya, Citayam, Depok, Jawa Barat, Jumat (7/8) siang.

Puisi terakhir WS Rendra
di buat sesaat sebelum dia wafat, sangat luar biasa kata-katanya.

"Hidup dan matiku hanyalah untukMu" 

Hidup itu seperti uap yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !!
Ketika Orang memuji milik ku,
aku berkata bahwa ini hanya titipan saja.

Bahwa mobilku adalah titipan Nya, bahwa rumahku adalah titipan Nya, bahwa hartaku adalah titipan Nya, bahwa Putra Putriku hanya titipan Nya, tapi aku ngak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkannya kepadaku, untuk apa Dia menitipkan semuanya kepadaku, dan kalau bukan milik ku, apa yang seharusnya aku lakukan untuk milik Nya ini.

Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali olehNya, malahan ketika diminta kembali, ku sebut itu musibah, ku sebut itu ujian, ku sebut itu petaka, ku sebut itu apa saja untuk melukiskan bahwa semua itu adalah derita.

Ketika aku berdo'a kuminta titipan yang cocok dengan kebutuhan duniawi, aku ingin lebih banyak harta, aku ingin lebih banyak mobil, aku ingin lebih banyak rumah, aku ingin lebih banyak popularitas, dan ku tolak sakit, ku tolak kemiskinan, seolah semua derita adalah hukuman bagiku. 

Seolah keadilan dan kasihNya harus berjalan seperti penyelesaian matematika dan sesuai dengan kehendak ku. Aku rajin beribadah maka selayaknyalah derita itu menjauh dariku dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku. 

Betapa curangnya aku, kuperlakukan Dia seolah mitra dagangku dan bukan sebagai kekasihku, ku minta Dia membalas perlakuan baik ku dan menolak keputusan Nya yang tidak sesuai dengan keinginanku, padahal setiap hari ku ucapkan: 

Mulai hari ini ajari aku agar menjadi pribadi yang selalu bersyukur dalam setiap keadaan dan menjadi bijaksana mau menuruti kehendakMu saja Ya Allah. Sebab aku yakin engkau akan memberikan anugerah dalam hidupku, kehendakMu adalah yang terbaik bagiku. 

Ketika aku ingin hidup kaya, aku lupa, bahwa hidup itu sendiri adalah sebuah kekayaan, ketika aku berat untuk memberi, aku lupa, bahwa semua yang aku miliki juga adalah pemberian. Ketika aku ingin jadi yang terkuat. Aku lupa, bahwa dalam kelemahan Tuhan memberikan aku kekuatan, ketika aku takut rugi. Aku lupa. Bahwa hidup adalah sebuah keberuntungan karena AnugerahNya. 

Ternyata hidup ini sangat indah ketika kita selalu bersyukur kepadaNya.

(Arkam)
Sumber: Puisi W.S. Rendra.
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Puisi terakhir si "Burung Merak" tentang Hakekat Kehidupan

Trending Now

Iklan