Dampak Kemajuan Teknologi Digital Terhadap Kebudayaan Daerah

suaracianjur.com
Desember 07, 2024 | 11:08 WIB Last Updated 2024-12-07T04:22:11Z
Foto: (Net) Gambar ilustrasi (photo istimewa).

SUARA CIANJUR | DEPOK - Negara maju dengan ekonomi yang berkembang pesat, tetapi juga di antara negara berkembang dan miskin dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah. Dalam hal Dengan demikian, globalisasi telah menjadi kenyataan (Scholte, 2001). Negara-negara maju adalah pelaku utama dalam proses globalisasi saat ini. Mereka berusaha mengekspor nilai lokal negara mereka untuk menyebarkan nilai global. Mereka dapat melakukannya dengan mudah karena mereka menguasai arus komunikasi global dan teknologi informasi. Sabtu (7/12/2024).

Sebaliknya, negara-negara berkembang tidak dapat menyebarkan nilai lokal karena mereka tidak dapat bersaing dengan negara lain. Akibatnya, negara-negara berkembang hanya menjadi penonton bagi negara maju yang membawa nilai-nilai global ke wilayah mereka (Mubah, 2011).

Bagi Indonesia, masuknya nilai-nilai Barat ke dalam masyarakat melalui globalisasi membahayakan budaya asli yang mencerminkan budaya lokal dari berbagai wilayah dinegara ini. Kesenian lokal seperti ludruk, ketoprak, wayang, gamelan, dan tari menghadapi ancaman besar dari berkembangnya budaya pop khas Barat yang dianggap lebih modern.

Pergaulan bebas dan sikap individualistik yang dibawa oleh globalisasi juga menggempur budaya konvensional yang menempatkan tepo seliro, toleransi, keramah-tamahan, dan penghormatan kepada orang tua. Dalam situasi seperti ini, kegagalan untuk menangani globalisasi dapat mengakibatkan hilangnya budaya lokal. Dampak dari kemajuan dunia yang semakin modern dan teknologi yang semakin berkembang terhadap kebudayaan daerah Selama bertahun-tahun, budaya Indonesia telah kehilangan daya tariknya dan menarik wisatawan asing untuk melihat keragamannya. 

Berbeda dengan budaya tradisional, gadget modern lebih banyak menarik perhatian generasi milenial. Namun, generasi muda kita harus melindungi budaya kita agar tidak dijajah dan dicuri oleh negara tetangga. Menurut kompasiana Arifin Yuslin. Tidak sedikit dari para generasi muda yang saat ini berpakaian lebih terbuka, kurang sesuai dengan keadaan dan situasi, glamor dan berlebih-lebihan, dimulai dari keadaan yang sederhana ini kemudian ke dalam hal yang kompleks dengan meniru kebudayaan barat, contohnya yaitu kebudayaan seks bebas yang saat ini telah menjadi sesuatu yang biasa, hedonisme, kebiasaan orang-orang untuk hidup hura-hura, minum-minuman keras yang merajalela, pemakaian narkoba, degradasi moral dan mental yang sangat menurun serta efek kemajuan teknologi yang sangat canggih juga mempengaruhi moral masyarakat dari anak kecil sampai orang tua sekalipun(Nani Tuloli,2003).

Anak remaja sekarang lebih memilih mengikuti berpakaian orang barat dan lebih suka mendegarkan musik barat dari pada lagu daerah. Yaitu penggunaan bahasa Indonesia, jika kita cermati hampir seluruh kebudayaan barat kita tiru, seperti perilaku, kesukaan, kesenangan, liburan dan lain-lain sebagian besar mengikuti dan memilih budaya barat.

Point penting di sini adalah rasa nasionalisme, mengingat ini adalah salah satu esensi dari pendidikan. Setelah mempelajari budaya, mereka juga diharapkan mencintai budaya Indonesia dan menghargai masa lalunya. Kalau bukan generasi kita sendiri yang melestarikannya, siapa lagi? Kita generasi milenial harus lebih cerdas dalam hal teknologi, kita tidak boleh terkecoh dengan teknologi, kita harus bisa menyeimbangkan teknologi dan budaya agar kita terlihat lebih seimbang.

Nasionalisme adalah bagian penting dari pendidikan. Setelah mereka mempelajarinya, diharapkan mereka akan mencintai dan menghargai budaya Indonesia dan masa lalunya. Jika bukan generasi kita sendiri yang melindunginya, siapa lagi yang akan melakukannya?.
Untuk membuat kita terlihat lebih seimbang, generasi milenial harus lebih cerdas dalam hal teknologi; kita tidak boleh terkecoh dengan teknologi dan kita harus bisa menyeimbangkan teknologi dan budaya. Mensosialisasikan kepada masyarakat dan mengajarkan kebudayaan daerah kita yang sangat beragama dan kemajuan dari teknologi harus di barengi dengan adanya kebudayaan daerah. 

Kita perlu mengambil pendekatan yang berbeda untuk melihat masalah secara menyeluruh untuk menghadapi kesulitan yang kita hadapi. Salah satu cara yang mungkin adalah dengan menggunakan konsep VUCA. Analisis VUCA membantu kita memahami "memudarnya budaya lokal di era digital" sebagai tantangan yang akan ditangani oleh teknologi yang lebih canggih, yang pasti akan lebih menarik perhatian remaja. 

Dampak baik kemajuan teknologi terhadap kebudayaan daerah. Kebudayaan seni dapat di dokumentasikan oleh kemajuan teknologi, yang membuatnya tahan dan mudah diakses oleh generasi mendatang. Masyarakat dapat lebih mudah mengakses informasi tentang budaya lokal dengan membuat platform digital yang multifungsi tentang budaya lokal. Memanfaatkan platform media sosial seperti Instagram, YouTube, dan TikTok dapat membantu generasi milenial dan Gen Z menjangkau pengetahuan dan kecintaan mereka terhadap budaya lokal.

Konten yang menarik dan informatif harus dibuat. Sistem pelestarian seperti pembelajaran interaktif dan dokumentasi dapat ditambahkan ke platform. Untuk membangun ekosistem digital yang mendukung budaya lokal, pemerintah, komunitas budaya, institusi akademisi, dan pihak swasta harus bekerja sama untuk meningkatkan literasi digital dan inklusi digital, sehingga semua orang dapat menggunakan teknologi untuk memperkuat budaya lokal.

Dampak buruk anak muda lebih tertarik kepada kebudayaan luar dan tren yang sedang viral, contoh anak mudah lebih suka lagu pop dan mengkikuti pakaian barat. Menurut statistik kebudayaan tahun 2017, ada 143 kesenian yang akan punah, termasuk seni rupa, seni musik, senitari, seni teater, sastra, dan lainnya. Selain itu, 34 bahasa daerah akan punah pada tahun 2018.

Apabila negara mampu menegakan konstitusi secara utuh, kepunahan budaya seharusnya tidakterjadi. Pasal 32 UUD 1945, ayat 1 dan 2, menyatakan bahwa pemerintah harus memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban global. 

Selain pemerintah, masyarakat juga seharusnya bertanggung jawab untuk melindungi budaya lokal dan nasional dari globalisasi. Ini karena sikap mempertahankan budaya lokal sering kali identik dengan gengsi dan malu yang dirasakan masyarakat modern.

Kemajuan teknologi tidak bisa kita hindari di zaman sekarang ini tetapi bukan harus menghapus budaya kita sendiri dari maka itu kita harus membarengi kemajuan teknologi dengankebudayaan kita. Maka dari itu, kita sebagai masyarakat Indonesia khususnya para remaja yang merupakan generasi penerus bangsa ini sudah seharusnya turut serta dalam proses pelestarian kebudayaan negara kita.

Marilah hal tersebut kita laksanakan dari hal-hal yang sederhana, seperti mulai menggunakan bahasa daerah kita dalam kehidupan sehari-hari, ikut meramaikan festival-festival budaya yang ada disekitar kita, dan yang paling penting jangan termakan gengsi dan malu dalam mempertahankan budaya lokal, karena jika bukan kita, siapa lagi?.

Penulis: Moh Fauzan.



Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Dampak Kemajuan Teknologi Digital Terhadap Kebudayaan Daerah

Trending Now

Iklan