SUARA CIANJUR | JAKARTA - Sejak diperkenalkannya Kurikulum Merdeka, dunia pendidikan di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan signifikan. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), kurikulum Merdeka dirancang untuk memberikan keleluasaan bagi sekolah dalam merancang dan mengimplementasikan pembelajaran yang sesuai dengan potensi peserta didik. Data dari Kementerian Pendidikan menunjukkan bahwa sejak peluncuran Kurikulum Merdeka pada tahun 2021, sebanyak 15.000 sekolah telah mengadopsi kurikulum ini, dengan tingkat kepuasan mencapai 80% di kalangan pendidik. Rabu (11/12/2024).
Data dari PISA (Program for International Student Assessment) 2018 menunjukkan bahwa kemampuan literasi, matematika, dan sains siswa Indonesia masih berada di bawah rata-rata OECD. Hal ini menunjukkan perlunya pendekatan pendidikan yang lebih efektif dan mendalam. Selain itu, data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada 2021 menunjukkan bahwa hanya 43% sekolah di Indonesia yang memiliki akses memadai terhadap teknologi pendidikan.
Fakta ini memperlihatkan tantangan sekaligus peluang dalam menerapkan pendekatan deep learning. Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan bagi guru dan sekolah untuk menentukan metode pengajaran dan materi belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Ini sejalan dengan prinsip ‘student-centered learning’ yang menempatkan siswa sebagai subjek utama dalam proses pembelajaran. Namun, apakah fleksibilitas ini cukup untuk memastikan bahwa semua siswa mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal? Inilah yang mengarahkan kita pada pendekatan deep learning, yang berfokus pada pemahaman mendalam dan aplikasi pengetahuan.
Kebutuhan Transformasi Menuju Deep Learning dalam era digital, tantangan pendidikan semakin kompleks. Siswa tidak hanya perlu menguasai pengetahuan teoritis, tetapi juga kemampuan berpikir kritis, kolaborasi, dan kreativitas. Deep learning berupaya memenuhi kebutuhan ini dengan mengarahkan siswa untuk mengeksplorasi dan memecahkan masalah melalui pendekatan interaktif dan aplikatif.
Data dari Kemendikbud menunjukkan bahwa sistem pendidikan Indonesia masih menghadapi kesenjangan dalam menghasilkan lulusan yang siap bersaing di pasar global. Berdasarkan survei Programme for International Student Assessment (PISA), siswa Indonesia seringkali tertinggal dalam aspek berpikir kritis dan pemecahan masalah. Pendekatan deep learning diharapkan mampu memperbaiki hal ini dengan menanamkan pola pikir analitis sejak dini.
Menteri Pendidikan dasar dan menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti mencanangkan program barunya, yaitu pendekatan pembelajaran Deep Learning yang kabarnya akan dilaksanakan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pendekatan deep learning dalam pendidikan menekankan pada pembelajaran yang lebih mendalam dan bermakna, bukan sekadar hafalan. Dengan pendekatan ini, siswa diajak untuk memahami konsep-konsep secara komprehensif dan mengaplikasikannya dalam berbagai konteks.
Menurut Prof.dr. Suyatno, M.Pd (Guru Besar Universitas Negeri Surabaya) Deep Learning adalah metode Pembelajaran,Pendekatan Pembelajaran yang berbasis tiga Konsep utama:
Mindfull Learning
Siswa dilibatkan secara aktif dan penuh kesadaran dalam proses belajar, seperti melalui proyek atau eksperimen yang relevan dan berbasis utama Penalaran.
Meaningfull Learning
Pembelajaran yang menekankan pada relevansi ilmu pengetahuan dengan dunia nyata, sehingga siswa memahami manfaat konkret dari apa yang mereka pelajari.Berbasis pada kemanfaatan.
Joyfull Learning
Proses pembelajaran yang menyenangkan untuk menciptakan pengalaman belajar yang positif dan memotivasi siswa untuk terus belajar. Berbasis pada kemenarikan,kegembiraan dalam belajar.
Dari 3 Konsep tersebut bersatu padu menjadi Mesin Learning atau Pembelajaran mesin. Mengapa dapat dikatakan demikian? Karena Pembelajaran ini terkorelasi antara aspek satu dengan aspek yang lainnya sehingga membentuk keterkaitan satu sama lain. Sebagai contoh, dalam mata pelajaran matematika, bukan hanya kemampuan menghitung yang diutamakan, tetapi juga pemahaman mendalam tentang bagaimana dan mengapa suatu rumus bekerja.
Studi yang dilakukan oleh Universitas Stanford menunjukkan bahwa siswa yang terlibat dalam pembelajaran mendalam cenderung memiliki daya ingat yang lebih baik dan kemampuan berpikir kritis yang lebih tinggi.
Contoh konkret penerapan deep learning di Indonesia dapat ditemukan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) yang telah mengadopsi metode pembelajaran berbasis proyek. Salah satu SMA di Yogyakarta, misalnya, telah berhasil menerapkan proyek pembelajaran yang melibatkan siswa dalam penelitian ilmiah sederhana mengenai isu lingkungan di sekitar mereka. Hasilnya, siswa tidak hanya memahami teori ilmiah, tetapi juga mampu mengaplikasikannya untuk mengidentifikasi dan mencari solusi atas permasalahan nyata di lingkungan mereka.
Pendekatan ini juga didukung oleh perkembangan teknologi dalam pendidikan. Penggunaan perangkat lunak edukatif yang didukung oleh kecerdasan buatan dapat membantu menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal dan adaptif.
Aplikasi pembelajaran seperti Ruang guru dan Zenius di Indonesia telah memanfaatkan teknologi ini untuk menyediakan materi yang di sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa, membantu mereka belajar lebih efektif dan efisien.
Namun, transformasi menuju pendekatan deep learning dalam Kurikulum Merdeka juga menghadapi tantangan.
Salah satu tantangan terbesar adalah kesiapan guru dalam mengadopsi metode ini. Menurut survei yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Pendidikan (Puslitpen), sebanyak 60% guru mengaku masih merasa kesulitan dalam menerapkan pembelajaran yang lebih mendalam karena kurangnya pelatihan dan pendampingan. Ini menunjukkan pentingnya pelatihan dan pengembangan profesional yang berkelanjutan bagi para guru untuk memastikan mereka memiliki kompetensi yang diperlukan untuk mendukung pembelajaran mendalam.
Selain itu, keterbatasan fasilitas dan akses teknologi di beberapa daerah terpencil juga menjadi hambatan. Tidak semua sekolah memiliki akses ke perangkat teknologi yang memadai, sehingga sulit untuk menerapkan metode pembelajaran berbasis teknologi. Oleh karena itu, pemerintah perlu memastikan adanya pemerataan fasilitas pendidikan, termasuk akses ke teknologi, agar semua siswa di berbagai daerah dapat menikmati manfaat dari pendekatan deep learning.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menegaskan pentingnya fase uji coba sebelum penerapan skala penuh. Pelatihan khusus bagi Guru tentang konsep -konsep seperti Mindfull learning, meaningfull Learning dan Joyfull learning akan menjadi fokus awal sebelum deep learning diterapkan di seluruh sekolah. Jika Guru dan tenaga Pendidik sudah memahami betul tentang konsep pembelajaran Deep learning ini, akan sangat memungkinkan bahwa Program yang akan di canangkan Kemendikdasmen ini sukses menciptakan generasi muda indonesia yang mampu berdaya saing tinggi.
Transformasi Kurikulum Merdeka menuju pendekatan deep learning menawarkan banyak manfaat bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Pendekatan ini tidak hanya membantu siswa memahami materi secara lebih mendalam, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan problem solving yang sangat diperlukan di era modern ini. Namun, untuk mewujudkan transformasi ini secara efektif, diperlukan dukungan penuh dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sekolah, guru, dan orang tua.
Untuk itu, ada beberapa saran yang bisa dipertimbangkan:
1. Pemerintah harus terus mendukung dan memperluas program pelatihan bagi guru untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam menerapkan pembelajaran mendalam.
2. Perlu adanya upaya peningkatan akses teknologi di sekolah-sekolah, terutama di daerah terpencil, untuk memastikan semua siswa dapat menikmati manfaat dari teknologi pendidikan.
3. Orang tua juga perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran anak, dengan memberikan dukungan dan motivasi yang diperlukan.
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan transformasi Kurikulum Merdeka menuju pendekatan deep learning dapat berjalan dengan lebih efektif dan memberikan dampak positif bagi perkembangan pendidikan di Indonesia, serta mempersiapkan generasi bangsa berkualitas yang memiliki daya saing global.
Penulis: Syahwa Mutia Wulandari.