Dominasi Peran Bulog dan Skenario Menyerap Gabah Petani

suaracianjur.com
Januari 09, 2025 | 01:12 WIB Last Updated 2025-01-08T18:22:47Z
Foto: Dok. (Net) Ilustrasi gambar gudang beras (Photo Istimewa)

SUARA CIANJUR | CIANJUR - Skenario adalah rencana atau rangkaian peristiwa yang direncanakan atau dibayangkan akan terjadi dalam suatu situasi, kegiatan, atau proyek. Istilah ini sering digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, Kamis (9/1/2025).

Umumnya, skenario memiliki karakter terstruktur dan sistematis, mengandung tujuan dan sasaran, memperhitungkan kemungkinan resiko serta fleksibel dan adaptif. Setidaknya ada 4 jenis skenario yang sering diterapkan, yakni : 

1. Skenario ideal (menggambarkan keadaan sempurna). 
2. Skenario realistis (menggambarkan keadaan sebenarnya). 
3. Skenario pesimis (menggambarkan keadaan buruk). 
4. Skenario alternatif (menggambarkan kemungkinan).

Kaitannya dengan penyerapan gabah petani saat panen raya tiba, Bulog sebagai lembaga otonom Pemerintah memiliki kehormatan dan tanggungjawab untuk melaksanakan penyerapan gabah petani sebanyak-banyaknya, tanpa dibatasi oleh kuota. Penerapan Pemerintah yang tak terhingga jumlahnya ini menunjukkan perlindungan Pemerintah atas petani.

Selain itu, Pemerintah juga menjamin harga jual gabah di petani akan disesuaikan dengan aturan yang ada, sehingga petani tidak perlu was-was,  harga gabah akan anjlok dan merugikan petani. Bagi petani, kepastian harga gabah saat panen raya menjadi penting, mengingat selama ini, masih ada oknum yang doyan menekan harga di tingkat petani.

Menghadapi perlakuan yang demikian, mulai sekarang Pemerintah melalui Bulog ingin membuat lembaran baru dalam dunia pergabahan ini. Pemerintah ingin langsung hadir di tengah kesulitan petani. Hal ini wajar digarap, karena Pemerintah paham benar, sebagian besar petani padi, sangat tergantung pada harga jual gabah di waktu panen, tatkala petani ingin berubah nasib dan kehidupan.

Kehadiran Pemerintah lewat sebuah penjaminan ini, jelas akan mengundang acungan jempol. Kalangan organisasi petani sekelas HKTI, tentu akan memberi dukungan penuh terhadap kebijakan dan program yang mengedepankan perlindungan dan pembelaan terhadap petani. Bagi HKTI, kini saat tepat bagi petani untuk bangkit mengubah nasib.

Pertanyaannya adalah apakah Pemerintah, dalam hal ini Bulog telah memiliki dan menyiapkan skenario untuk melaksanakannya atau belum? Kita berharap Bulog telah menyusun desain perencanaan penyerapan gabah petani dengan berbagai skenario yang dijadikan pilihan. Perencanaan ini perlu agar dalam pelaksanaannya ada arah yang jelas dan terukur.

Bulog sebagai lembaga parastatal memiliki komitmen kuat untuk menciptakan stabilisasi harga dan pasokan. Selain itu, Bulog juga diminta untuk mengembangkan proses pembelajaran, pemberdayaan dan pemartabatan petani bersama instansi terkait lainnya. Sinergi dan kolaborasi, mutlak dikembangkan agar diperoleh kinerja yang optimal. 
Foto: Dok. (Agus Prabu/SC) Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat Entang Sastra Atmadja.

Itu sebabnya, menjadi tanda tanya besar ketika IMF mendikte kita akan merubah status Bulog dari LPND menjadi BUMN. Kenapa kita harus menunggu sampai 21 tahun ? Bukankah purwadaksi Bulog bukan untuk jadi pebisnis? Jadi, wajar saja jika dalam perkembangan 21 tahun menjadi BUMN kita belum lihat ada bisnis Bulog yang mendunia. 

Hasrat untuk menjadikan Perum Bulog sebagai "raksasa bisnis pangan", juga masih sebatas cita-cita. Dalam kenyataannya Bulog lebih memperlihatkan sebagai operator pangan yang baik dalam menjalankan penugasan yang diberikan Pemerintah. Bulog lebih dikenal sebagai pelaksana impor beras dan penyelenggara program bantuan langsung beras.

Menghadapi panen raya musim tanam Ok-Mar 2025. Bulog sudah harus siap-siap merumuskan langkah penyerapan gabah petani. Bulog perlu juga membangun kemitraan strategis dengan para bandar/tengkulak/pedagang/pengusaha gabah, untuk sama-sama membangun kesadaran baru terkait percepatan pencapaian swasembada pangan yang mensejahterakan para petaninya.

Bulog penting mengingatkan kepada para pelaku bisnis gabah dan beras, swasembada pangan, utamanya beras yang ingin kita capai, bukan hanya sekedar menggenjot produksi, namun seiring dengan itu, kesejahteraan para petani padinya pun semakin menunjukan perbaikan. Produksi berlimpah, kesejahteraan petaninya semakin berkualitas.

Secara psikoligis, adanya penjaminan Pemerintah terhadap penyerapan dan pembelian gabah petani yang tak terhingga jumlahnya, tentu saja membuat petani merasa nyaman untuk berproduksi dan meningkatkan produksi dalam usahatani padi yang digarapnya. Apalagi dengan adanya jaminan, harga yang dibeli Pemerintah tidak akan merugikan para petani.

Catatan kritisnya, mengapa baru sekarang Pemerintah menerapkan kebijakan semacam ini ? Mengapa tidak sejak lama langkah seperti ini diterapkan ? Bayangkan, jika sedari dulu Pemerintah melaksanakannya, dijamin halal 100 %, akan semakin banyak petani padi yang terbebas dari perangkap kemiskinan yang tidak berujung pangkal.

Menurut pengamatan, bulan Pebruari 2025 sudah akan ada daerah yang melaksanakan panen raya padi. Bulog beserta pasukannya, tentu telah menyusun skenario penyerapan gabah yang terbaik untuk dilakukan. Bermitra dengan pelaku bisnis, kita berharap Bulog akan memberi kinerja terbaiknya, demi keberkahan bangsa dan negara. 

Penulis: Entang Sastra Atmadja 
Editor: Agus Prabu


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Dominasi Peran Bulog dan Skenario Menyerap Gabah Petani

Trending Now

Iklan