Foto: Dok. (Indra/SC) Kunjungan kerja Kang Dedi Mulyadi ke Desa Ciputri Kecamatan Pacet (14/4/2025). |
SUARA CIANJUR | PACET - Masalah banjir di jalur nasional wilayah Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, dan isu sampah di sekitarnya kembali mencuat setelah kunjungan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, pada Senin, 14 April 2025. Kondisi yang diakibatkan penyempitan saluran air serta rendahnya kesadaran masyarakat ini menggugah perhatian berbagai pihak, termasuk pemerintah Kecamatan Pacet dan Desa Ciherang. Selasa (15/4/2025).
Camat Pacet, Yudha Azwar, SE, MH., Selasa (15/04/2025) menyampaikan bahwa isu sampah bukan hanya masalah di Kabupaten Cianjur, tetapi juga di banyak wilayah Indonesia. Dalam upaya menangani masalah ini, Kecamatan Pacet telah melaksanakan sosialisasi masif ke tingkat RT/RW untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya.
“Kita harus memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan. Salah satu langkah yang sudah diambil adalah pengaturan waktu pengangkutan sampah di luar jam sibuk, agar sampah tidak mengganggu aktivitas masyarakat dan tampilan jalan utama saat pagi hari. Kami juga memastikan tidak ada lagi pembuangan sampah ke saluran air atau sungai di wilayah kami,” ujar Yudha.
Yudha juga mencatat keberhasilan program gotong royong di desa-desa di Kecamatan Pacet. Program "Jum’at Bersih" (Jumsih) menjadi salah satu langkah utama dalam mendorong kebersihan lingkungan, khususnya membersihkan sungai dan jalan utama. "Kami akan terus memantau kegiatan ini agar tetap berkelanjutan," tambahnya.
Sementara itu, Acep Haryadi, S.H., Kepala Desa Ciherang, menyoroti fenomena banjir yang sering terjadi di jalur nasional di desanya. Banjir ini disebabkan oleh penyempitan saluran air di lokasi-lokasi strategis seperti depan Masjid Al Muttaqin. Selain itu, perubahan fungsi lahan perkebunan Maleber yang sebelumnya memiliki saluran air terencana kini menjadi pemicu luapan air menuju jalur nasional.
"Air yang dulu diarahkan ke Sungai Cigombong kini mengalir tanpa kendali ke wilayah Desa Ciherang," jelas Acep. Desa Ciherang telah mengajukan usulan kepada dinas yang berwenang untuk membuat sodetan sebagai penanganan. Namun, hingga kini, belum ada tindakan konkret yang dilakukan. "Kami berharap solusi ini bisa segera direalisasikan karena banjir di jalur ini sering menyebabkan kecelakaan dan merugikan masyarakat," tambahnya.
Camat Pacet dan Kepala Desa Ciherang sepakat bahwa kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan. Menyinggung masalah sampah di kawasan Gunung Gede, Yudha mengingatkan wisatawan untuk tidak membuang sampah sembarangan di hutan atau kawasan wisata. “Gunung adalah warisan alam yang harus dijaga. Wisatawan harus bertanggung jawab terhadap sampah mereka dengan membawanya turun kembali ke tempat pembuangan.”
Desa Ciherang juga telah membuat program "Gebyar Kebersihan" sebagai langkah konkret untuk menanamkan kebiasaan hidup bersih kepada masyarakat. "Kita telah menyediakan tempat pembuangan sementara di setiap RT, mengedukasi masyarakat untuk memilah sampah organik dan non-organik, dan menjadikan kebersihan sebagai agenda rutin," terang Acep.
Yudha Azwar menekankan pentingnya membangun koordinasi antar pihak, termasuk antara Kecamatan Pacet, Kecamatan Cipanas, dan pengelola Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), untuk menyelesaikan masalah lingkungan ini. "Kita harus tanggap sejak awal. Jangan sampai masalahnya sudah membesar baru kita bergerak," tegasnya.
Kepada seluruh masyarakat Pacet, ia menghimbau agar kesadaran untuk menjaga kebersihan dimulai dari rumah tangga masing-masing. Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan memiliki dampak serius terhadap lingkungan dan generasi mendatang. "Mari kita cari inovasi untuk mengelola sampah secara efisien. Tidak perlu selalu bergantung pada tempat pembuangan akhir, tetapi mulailah dari desa dan kecamatan kita sendiri," tegas Yudha.
(Indra)